Selasa, 29 Mei 2012

KEBAHAGIAN YANG GAGAL

Dari awal mula penciptaan manusia, manusia sudah mencari sesuatu yang di sebut dengan kebahagian. Kebahagian menurut kamus besar bahasa indonesia adalah kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin); keberuntungan; kemujuran yg bersifat lahir batin. kebahagian menjadi tujuan utama manusia yang apabila tidak terpenuhi maka akan terjadi depresi, frustasi dan yang paling berbahaya adalah bunuh diri.
Banyak orang yang mengartikan kebahagian adalah harta yang berlimpah, pangkat yang tinggi, dan hal-hal lain yang jauh dari kerugian. Ini pengertian yang benar tapi terlalu sempit. Banyak dari orang-orang dahulu yang memiliki harta dan pangkat yang tinggi yang banyak namun tidak menemukan kebahagian yang dicarinya. Seperti fir’aun, ia menganggap dengan apa yang dimilikinya seperti harta dan kekuasaan dapat memberikan kebahagian kepadanya. Tapi apa? Fir’aun malah menjadi raja yang di laknat oleh Allah. Hari-harinya hanya dihantui oleh rasa takut. Takut akan ramalan tentang dirinya yang akan dijatuhkan oleh anaknya Musa.
Itu hanya salah satu contoh yang konkrit yang kita ketahui dan banyak tertulis di buku-buku sejarah. Harta dan pangkat tinggi hanya akan membuat seseorang terlena kepadanya dan melupakan hal yang lebih penting daripada itu. Harta dan pangkat tinggi merupakan sarana untuk mencapai kebahagian. Inilah yang betul, bukan harta dan pangkat tinggi sama dengan kebahagian. Kebahagian yang hakiki terdapat pada manusia itu sendiri. Kebahagian tidak perlu dicari jauh-jauh, karena ia ada pada manusia itu sendiri. Dan kebahagian yang hakiki yang akan didapatkan manusia hanyalah di surga. Petualangan mencari kebahagian tidakkan berhenti hingga manusia itu tiada. Fir’aun adalah contoh pada peradaban kuno, dan sekarang masih terjadi juga pada peradaban barat.
Peradaban barat mengupayakan kebahagian dengan berbagai cara. Kebahagian yang dikemas dalam bentuk kesenangan dan kebebasan di cita-citakan tanpa melihat resiko besar yang ada di belakangnya. Di mulai dari pemisahan antara agama dan kehidupan nyata (sekularisme). Peradaban barat ini menghasilkan generasi-generasi yang memiliki kebebasan yang penuh tanpa ada agama di dalam diri sebagai pengontrolnya. Maka tak salahlah jika terjadi krisis moral yang dahsyat disana.
Pernyataan terakhir dari lembaga kesehatan dunia menjelaskan bahwa, persentasi orang-orang yang memiliki penyakit jiwa mencapai 5% dari seluruh jumlah penduduk dunia. Persentasi ini meningkat hingga 15% di Inggris. Adapun di Amerika mencapai 20%. Kebebasan seks, minuman keras, narkoba, dan alat penenang lain yang diciptakan peradaban ini tidak menghasilkan apa-apa dari kebahagian yang mereka cari. Malah kerugian besar yang di dapatkan pada peradaban ini. Peradaban barat ini menghasilkan 35 juta orang terkena depresi, stres, kemurungan, dan 120 orang bunuh diri setiap harinya. Jika kebahagian itu tercapai mana mungkin sebanyak itu manusia yang depresi dan bunuh diri. Maka upaya untuk mencapai kebahagian yang di cita-citakan peradaban barat ini hanya omong kosong belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar